Jumat, 13 Februari 2009

selasa, yang tak terlupakan

Ada sedikit cerita pengalaman ane waktu dulu nih,,, met baca!!!

Ketika itu, saat aku berumur 5 tahun. Aku sedang senang-senangnya minum es dengan sembunyi-sembunyi. Karena kalau sampai ketahuan sama salah satu keluargaku, pasti mereka ngadu ke ibuku dan hasilnya aku pasti dimarahi.
Suatu ketika sifat ku yang penasaran akan rasa es itu muncul, waktu itu hari Sabtu. Ayahku libur, ibuku mengajar, kakak sekolah, sedangkan aku asik bermain, karena belum sekolah. Aku bermain di rumah bibiku. Satu hal yang aku suka dari bibiku, ia tidah pernah ngadu ke ibuku kalu ia melihat aku sedang minum es. Hehe. Makanya aku senang minum es disana. Dan di hari itu aku berniat untuk beli es coklat di warung langganan ku di dekat rumah bibi.
Waktu itu harga esnya Cuma Rp 500 saja. Murah kan??? Makin semangat aja tuh untuk menyicip. Haha. Dengan muka yang sumringah aku langsung menuju warung itu. Setelah membeli aku lekas kembali ke rumah bibi ku, dan meminum es itu di kursi bambu di depan rumah bibi, besenandung ria sambil menampakan wajah yang merasa puas. Namun malapetaka datang, aku melihat seorang laki-laki kurus, bejalan menghampiri ku sambil menyelipkan sebatang rokok di selah jemarinya. Dan aku tau itu siapa?? Itu ayah ku.
Aku tercengang dan panik. Tanpa berfikir panjang, aku langsung menaruh es itu di belakang badanku. Bibiku yang tadinya sedang memasak di dapur, terpaksa behenti sejenak karena kedatangan ayahku. Mereka berdua ngobrol dengan asyiknya sedangkan aku hanya bias berharap semoga tidak ketahuan sambil memasang wajah yang seolah tidak terjadi apa-apa. Malangnya diriku ketika itu. Siang itu bener-bener tegang.
Tiba-tiba ayah ku melirik sesuatu. Ia langsung bertanya kepada ku.
“apaan tuh netes-netes?” tanyanya. Aku tersentak kaget mendengar pertanyaan itu. Dan aku menjawabnya dengan senyum polos sambil menunjukan es itu.
“minum es ya? Bilangin ibu deh ntar!” ancamnya.
Aku hanya bisa pasrah dan menanti keajaiban agar tidak dimarahi ibuku di rumah nanti.
Ternyata keajaiban itu tidak dating, habislah aku dimarahinya. Aku hanya bisa nangis. Tapi besok-besoknya sih diterusin lagi. Haha
Sekarang aku sadar kenapa waktu itu aku dilarang keras minum es. Itu karena amandel, penyakit seperti daging yang membengkak gitu deh. Jika aku minum es terus menerus maka amandelku itu semakin membengkak.
Suatu hari aku sering batuk dan panas yang berkelanjutan, orang tuaku khawatir penyakit itu muncul karena amandelku yang semakin parah. Dan orang tuaku langsung membawa ku ke dokter Sandiman, dekat rumah ku. Saat di periksa, rasa tegang langsung menyelimuti ku.
“anak ibu amandelnya sudah besar, sebaiknya di operasi saja!” kata dokter. Aku yang mendengar kata operasi langsung membayangkan hal yang macam-macam.
“oh, baik dok” sahut ibuku. Saat perjalanan pulang aku tidak henti-hentinya memikirkan kata itu.
Hari demi hari aku lewati dan pasti ada bujukrayu dari orang tuaku agar aku mau operasi amandel. Pada akhirnya ayahku berhasil membujukku.
Pada bulan Agustus, hari minggu, aku bersama ibuku pergi ke RS Pasar Rebo untuk mengadakan janji dengan dokter untuk mengoperasi aku. Seperti biasa aku langsung tegang bila berhadapan dengan dokter. Segala perangkat dikeluarkannya untuk mengontrol amandelku.
“anak ibu amandelnya sudah besar, sebaiknya cepat di operasi!” kata dokter.
“iya dok” kata ibuku.
“hari Selasa bias?” Tanya dokter.
“oh bias dok. Saya akan coba bujuk anak ini”, sahut ibuku.
Hari pun telah ditetapkan. Hari berganti hari semakin berat bagiku untuk menjalaninya. Aku pun sering di takut-takutin oleh kakak ku. Sampai tiba hari itu, hari yang tak kan pernah ku lupakan sampai saat ini. Dimana dihari itu aku operasi amandel. “selasa” itu harinya.
Pagi-pagi pun aku dan kedua orang tuaku bersiap untuk pergi ke rumah sakit, kecuali kakak ku yang harus sekolah, ayahku meliburkan diri dari kantornya. Rasa deg-degkan tak pernah hilang dari benakku saat di perjalanan. Di perjalanan aku terus bertanya, “apa aku akan mati?”.
Tibalah aku di RS itu, bau obat-obatan langsung menyelinap masuk ke hidungku tanpa permisi. Ibuku langsung bertanya kepada suster, entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas ak hanya di suruh menunggu dengan ayahku ku di kursi panjang berwarna putih.
Menunggu namaku di panggil menandakan saatnya giliran ku untuk operasi. Memasang wajah takut dan tegang. Ingin rasanya aku kabur sebelum namaku dipanggil. Dan akhirnya hal yang paling membecikan dating juga. Aku mendengar namaku di panggil dari lewat pengeras suara. Aku langsung tersentak kaget, panic, semua campur aduk menjadi satu.
Suster dan dokter menghampiri ku membawa brankar. Tubuhku terbujur kaku. Aku diangkat dan di paksa naik ke tempat itu. Namun aku tidak mau dan memberontak sejadi-jadinya. Aku tendang dan aku pukul orang-orang yang ada di sekitarku dengan sangat keras. Sampai-sampai ayahku yang berada di samping kepalaku dan sedang memegangi tanganku, aku gigit kupingnya saking marahnya saat itu. Tapi aku tak sadar kalau sudah menggigit kuping ayahku. Hehe.
Aku mau di bawa masuk keruang operasi. Aku sudah di kuasai mereka, namun aku masih mencoba berontak. Aku hanya bias memanggil nama “ibu” saja.
Aku pun berhasil dibawa masuk ke ruang operasi. Entah ada benda apa saja yang berada di ruang itu. Aku tidak melihat benda-benda di sekitar ku dengan jelas Karena aku tidak peduli dan masih berusaha berontak. Yang aku tau hanya terang saja saat itu.
Aku merasa ada suatu benda menyerupai mangkuk yang terbuat dari karet membekap hidungku, Aku dibius. Bau benda itu sangat menyengat sekali, sampai aku pingsan di buatnya. Sebelum aku pingsan aku sempat teriak,
“jangan matiin ato!”.
Saat pingsan itulah aku di operasi, entah apa yang dilakukan dokter kepada ku.
Saat aku sadar, aku melihat sebuah TV didepan wajah ku, di sekeliling ku ada kedua orang tuaku dan kakak ku. Aku menangis, karena kejadian tadi. Dan ibuku membohongi ku agar aku tidak menangis lagi.
“eh jangan nangis, ntar diliat dokter dari situ,” menunjuk TV. Karena aku takut, aku langsung diam.
Untungnya sore hari itu aku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Dan aku di belikan es krim oleh ibuku. Sebenernya es itu berguna menciutkan pembuluh darah agar tidak berdarah-darah. Ya tapi apapun alasannya aku tetap senang di beliin es. Dan sekarang aku sudah boleh minum es deh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar